Selasa, 01 Januari 2013

LAJU INFLASI INTI DIWASPADAI



          Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada Oktober 2012 mencapai 0,16%. Sedagkan, inflasi inti pada Oktober menembus angka 0,33%, lebih tinggi dibandingkan inflasi umum yang hanya 0,16%. Kepala BPS mengatakan, inflasi pada Oktober tahun ini terbilang rendah. Terkendalinya harga barang, terutama makanan, menjadi salah satu faktor pendukung. Dari 66 indeks harga konsumen (IHK), sebanyak 37 kota mengalami inflasi, sementara sisanya deflasasi. Inflasi tertinggi tercatat di Manokwari (Papua Barat) sebesar 0,97% serta Padang (Sumatera Barat) 0,71%. Sementara, daerah yang mengalami deflasi tertinggi adalah Ambon (Maluku) sebesar -2,44% dan Pontianak (Kalimantan Barat) -1,45%.

            Penyebab utama inflasi adalah emas perhiasan. Andil inflasinya cukup tinggi sebesar 0,08% karena ada perubahan 2,28%. Penyebabnya adalah harga emas internasional yang naik tinggi. Kenaikan emas terjadi di 66 kota. Selain emas, komoditas lain yang menyumbang inflas cukup besar adalah tariff kontrak rumah, sewa rumah, upah pembantu rumah tangga, daging ayam ras, cabai merah, mie, daging sapi, wortel, jeruk serta cabai rawit. Sedangkan komoditas yang menyumbang deflasi adalah kelompok bahan makanan (-0,43%), serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (-0,02%). Besarnya sumbangan inflasi tariff kontrak dan sewa rumah 0,04% serta upah pembantu rumah tangga 0,01% merupakan fenomena yang baru. Sumbangan inflasi yang cukup besar dari sewa rumah dan tariff kontrak rumah turut mendorong tingginya laju inflasi inti. Secara tahun kalender (Januari – Oktober 2012), laju inflasi umum tercatat 3,66% dan inflasi inti 3,97%. Laju inflasi inti tahun kalender 2012 lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi administered price atau perkembangan harganya diatur pemerintah (2,51%) serta inflasi yang disebabkan harga bergejolak atau volatile (3,91%).

            Tingginya inflasi inti menunjukkan tingginya sisi demand di masyarakat yang tidak mampu dipenuhi oleh suplai barang. Untuk itu, Bank Indonesia perlu melakukan sejumlah langkah pengendalian di bidang moneter seperti pertumbuhan kredit rumah dan nilai tukar rupiah. Bank Indonesia dapat melakukannya dengan 3(tiga) kebijakan, yaitu :
      a.       Kebijakan Nilai Tukar
      b.       Kebijakan Tingkat Suku Bunga
      c.       Kebiijakan Giro Wajib Minimum

Tingginya inflasi inti perlu diwaspadai oleh pemerintah. Karena kondis tersebut menjadi bukti bahwa suplai yang ada sudah tidak bisa lagi memenuhi demand hingga mendorong over heating. Ada dua sumber inflasi yang harus diwaspadai menurut Ekonom Senior Bank Pembangunan Asia (ADB) Edimon Ginting, yaitu dari demand yang terkait fiscal atau monetary, serta sumber suplai akibat kenaikan harga yang disebabkan oleh pasokan yang berkurang.

Sumber : Koran Sindo, Jumat 2 November 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar