Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada
Oktober 2012 mencapai 0,16%. Sedagkan, inflasi inti pada Oktober menembus angka
0,33%, lebih tinggi dibandingkan inflasi umum yang hanya 0,16%. Kepala BPS
mengatakan, inflasi pada Oktober tahun ini terbilang rendah. Terkendalinya
harga barang, terutama makanan, menjadi salah satu faktor pendukung. Dari 66
indeks harga konsumen (IHK), sebanyak 37 kota mengalami inflasi, sementara
sisanya deflasasi. Inflasi tertinggi tercatat di Manokwari (Papua Barat)
sebesar 0,97% serta Padang (Sumatera Barat) 0,71%. Sementara, daerah yang
mengalami deflasi tertinggi adalah Ambon (Maluku) sebesar -2,44% dan Pontianak
(Kalimantan Barat) -1,45%.
Penyebab
utama inflasi adalah emas perhiasan. Andil inflasinya cukup tinggi sebesar
0,08% karena ada perubahan 2,28%. Penyebabnya adalah harga emas internasional
yang naik tinggi. Kenaikan emas terjadi di 66 kota. Selain emas, komoditas lain
yang menyumbang inflas cukup besar adalah tariff kontrak rumah, sewa rumah,
upah pembantu rumah tangga, daging ayam ras, cabai merah, mie, daging sapi,
wortel, jeruk serta cabai rawit. Sedangkan komoditas yang menyumbang deflasi
adalah kelompok bahan makanan (-0,43%), serta kelompok transpor, komunikasi,
dan jasa keuangan (-0,02%). Besarnya sumbangan inflasi tariff kontrak dan sewa
rumah 0,04% serta upah pembantu rumah tangga 0,01% merupakan fenomena yang
baru. Sumbangan inflasi yang cukup besar dari sewa rumah dan tariff kontrak
rumah turut mendorong tingginya laju inflasi inti. Secara tahun kalender
(Januari – Oktober 2012), laju inflasi umum tercatat 3,66% dan inflasi inti
3,97%. Laju inflasi inti tahun kalender 2012 lebih tinggi dibandingkan dengan
inflasi administered price atau perkembangan harganya diatur pemerintah (2,51%)
serta inflasi yang disebabkan harga bergejolak atau volatile (3,91%).
Tingginya
inflasi inti menunjukkan tingginya sisi demand di masyarakat yang tidak mampu
dipenuhi oleh suplai barang. Untuk itu, Bank Indonesia perlu melakukan sejumlah
langkah pengendalian di bidang moneter seperti pertumbuhan kredit rumah dan
nilai tukar rupiah. Bank Indonesia dapat melakukannya dengan 3(tiga) kebijakan,
yaitu :
a.
Kebijakan Nilai Tukar
b.
Kebijakan Tingkat Suku Bunga
c.
Kebiijakan Giro Wajib Minimum
Tingginya inflasi
inti perlu diwaspadai oleh pemerintah. Karena kondis tersebut menjadi bukti
bahwa suplai yang ada sudah tidak bisa lagi memenuhi demand hingga mendorong
over heating. Ada dua sumber inflasi yang harus diwaspadai menurut Ekonom
Senior Bank Pembangunan Asia (ADB) Edimon Ginting, yaitu dari demand yang
terkait fiscal atau monetary, serta sumber suplai akibat kenaikan harga yang
disebabkan oleh pasokan yang berkurang.
Sumber : Koran Sindo, Jumat 2 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar