Masa-masa deflasi tampaknya mulai berakhir. Lambat laun, inflasi akan menghadang. Dimulai pada Juni 2011, angka inflasi diperkirakan bertengger di level 0,1 sampai 0,3%. Pencapaian tersebut ditopang oleh kelangkaan daging sapi dan faktor musiman.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan bahwa faktor pendorong inflasi adalah adanya kenaikan harga komoditas poko, seperti beras, karena berakhirnya masa panen. Komoditas pokok tersebut menyumbang 5 persen dari seluruh faktor yang mempengaruhi harga.
Selain beras, komoditas pemicu inflasi ialah daging sapi karena adanya penghentian impor dari Australia. Selain menyebabkan kerugian, kebijakan itu ternyata berdampak positif. Sumbangan harga daging sapi terhadap inflasi diakui pula oleh Ekonom Kepala Dana Reksa Institute Purbaya Yudhi Sadewa. Menurutnya, kenaikan harga yang cukup signifikan itu mempengaruhi inflasi pada Juni 2011. Untuk beras, meski harganya naik, inflasi tidak terdorong secara signifikan. Begitu pula dengan cabai dan minyak yang tidak menjadi penyebab inflasi karena harganya cenderung turun.
Perkiraan adanya peningkatan inflasi pada satu hingga dua bulan kedepan, tidak lepas dari adanya musim liburan sekolah, tahun ajaran baru, Ramadhan serta Lebaran.
Meskipun secara umum inflasi diperkirakan meningkat pada bulan ini, ke depan, kondisi itu masih dapat terbantu dengan penjagaan nilai tukar rupiah oleh Bank Indonesia. Hal itu dinyatakan oleh seprang pengamat ekonomi dari Bank Saudara, Rully Nova. Beliau menuturkan penjagaan nilai tukar tersebut dapat menguatkan fundamental ekonomi Indonesia. Untuk meredam inflasi, dalam jangka panjang pemerintah dapat pula memperbaiki infrastruktur yang menopang kelancaran distribusi bahan pangan. Dengan demikian, permintaan dari eluruh pulau akan dapat terpenuhi.
Sumber ; Koran Jakarta